Kaltimreport.com – Setiap atlet difabel memerlukan pendampingan khusus, yang berarti satu atlet difabel minimal membutuhkan satu pendamping. Ini mengakibatkan jumlah orang yang terlibat dalam kegiatan pelatihan dan kompetisi meningkat dua kali lipat.
Menyikapi persoalan tersebut, Kepala Seksi Olahraga dan Rekreasi Tradisional serta Layanan Khusus Dispora Kalimantan Timur, Thomas Alva Edison, menyampaikan bahwa pihaknya akan memberikan perhatian khusus secara maksimal guna mendorong dan mendukung para atlet difabel.
“Jika ada 10 atlet, maka ada 20 orang yang terlibat, karena pendampingan sangatlah penting untuk memastikan setiap tahapan pelatihan dan pertandingan berjalan lancar,” ujarnya, Minggu 10/11/24.
Dalam hal ini pihaknya menyoroti dua hal yakni penyediaan pendamping yang memadai serta fasilitas yang ramah difabel. Fasilitas seperti akses untuk kursi roda dan alat bantu lainnya harus selalu dipastikan tersedia dan memadai untuk kebutuhan para atlet.
“Mengadakan acara tanpa memperhitungkan aksesibilitas tidak mungkin dilakukan. Pendampingan sangat diperlukan untuk memastikan para atlet difabel dapat mengikuti seluruh kegiatan dengan lancar,” jelasnya.
Tak dipungkiri kata Thomas, biaya operasional yang dibutuhkan untuk mendukung keikutsertaan atlet difabel cenderung lebih besar dibandingkan dengan atlet non-difabel.
Dia mencontohkan salah sayunya atlet tunanetra membutuhkan pendamping untuk membantu aktivitas mereka, mulai dari latihan hingga aktivitas sehari-hari saat menginap di hotel. Hal ini menambah kompleksitas dan biaya operasional dalam mendukung atlet difabel.
“Perhatian bagi atlet difabel bukan hanya soal penyediaan fasilitas, tetapi juga mencakup pelatihan khusus, pendampingan, dan persiapan matang untuk kejuaraan,”pungkasnya.
Untuk itu Thomas berharap ke depannya pemerintah dan masyarakat dapat semakin peka terhadap kebutuhan para atlet difabel, sehingga mereka bisa berkembang dan meraih prestasi di tingkat nasional maupun internasional. (Adv/syf).