Mohammad Novan: Perpisahan Sekolah Bukan Bagian dari Sistem Pendidikan Formal

ADVERTORIAL20 Dilihat

Kaltimreport.com – Acara perpisahan sekolah sering kali menjadi momen yang dinantikan oleh siswa yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan mereka. Namun, di balik kemeriahan yang diharapkan, muncul persoalan terkait beban biaya yang harus ditanggung oleh orang tua.

Fenomena ini menjadi sorotan DPRD Kota Samarinda, yang menilai bahwa perpisahan sekolah bukan bagian dari sistem pendidikan formal dan tidak seharusnya menjadi kewajiban.

“Dalam sistem pendidikan tidak ada agenda khusus untuk itu. Sejak dulu, setelah ujian dan pengumuman kelulusan, tidak ada acara perpisahan yang bersifat mewah,” jelas Novan.

Ia mengingatkan bahwa sekolah tidak boleh mewajibkan pungutan untuk acara perpisahan, apalagi jika membebani siswa dan orang tua. Meski demikian, banyak sekolah menyelenggarakan acara ini atas kesepakatan bersama antara orang tua siswa.

“Jika diputuskan melalui voting atau musyawarah orang tua, maka regulasi terkait sanksi sulit diterapkan,” ungkapnya.

DPRD Samarinda mengapresiasi langkah Pemkot yang telah mengeluarkan surat edaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Samarinda yang melarang pungutan acara perpisahan sekolah.

“Surat edaran itu sudah dikeluarkan, termasuk larangan terkait jual beli buku dan pelaksanaan acara perpisahan yang berlebihan. Jika ditemukan ada oknum sekolah yang terlibat dalam pelanggaran ini, maka akan diberikan sanksi,” tuturnya.

Namun, ia menegaskan bahwa sanksi hanya dapat diterapkan jika pihak sekolah secara langsung menginstruksikan atau mewajibkan pungutan tersebut. Oleh karena itu, ia meminta pihak sekolah untuk lebih bijak dalam menyikapi permintaan acara perpisahan dari orang tua siswa.

“Semua anak memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan tanpa dibebani biaya tambahan yang tidak wajib,” terangnya.

Novan juga mengingatkan agar sekolah tidak terjebak dalam tren acara perpisahan yang berlebihan, karena hal itu bisa menimbulkan dampak psikologis bagi siswa yang tidak mampu ikut serta.

“Yang paling penting adalah edukasi kepada seluruh orang tua dan siswa mengenai dampak sosial dan psikologis dari acara perpisahan yang berlebihan,” pungkasnya.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *