Kaltimreport.com – Saat kebutuhan hunian mahasiswa meningkat, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur menjawab tantangan tersebut dengan cara yang tak lazim namun visioner: mengalihfungsikan asrama atlet menjadi tempat tinggal mahasiswa. Transformasi ini menandai integrasi antara pengelolaan aset publik dan pembangunan kapasitas sumber daya manusia daerah.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelola Prasarana Olahraga (PPO) Dispora Kaltim, Junaidi, menyatakan bahwa berbagai persiapan sudah dilakukan untuk memastikan fungsi baru asrama berjalan optimal.
“Dari sisi kesiapan, ada beberapa peralatan yang kami pindah ke asrama, dan kami persiapkan semaksimal mungkin,” ungkapnya.
Dalam literatur perencanaan kota dan pembangunan sosial, alih fungsi fasilitas publik ke sektor pendidikan merupakan bagian dari pendekatan adaptive reuse, yakni strategi pemanfaatan kembali aset fisik yang tidak lagi digunakan untuk fungsi awalnya. Hal ini menekan pemborosan aset negara dan menyesuaikan fungsi infrastruktur dengan kebutuhan zaman.
Meski demikian, perubahan fungsi fasilitas bukan tanpa tantangan. Junaidi mengakui adanya beragam persepsi mengenai kelayakan fasilitas asrama. “Kalau dari kami, itu sudah layak dengan fasilitas yang ada. Tapi memang ada sudut pandang lain yang menganggap belum layak. Karena itu, kami berkomitmen untuk melakukan perbaikan dengan menyediakan peralatan yang lebih memadai,” tambahnya.
Asrama yang sebelumnya digunakan untuk menampung atlet kini difungsikan untuk mahasiswa, dilengkapi dengan fasilitas dasar seperti tempat tidur, AC, dan kamar mandi luar. Suasana lingkungan olahraga di sekitar asrama diharapkan memberi nilai tambah, mendorong mahasiswa hidup dalam budaya disiplin dan produktif.
Namun demikian, pihak Dispora membuka kemungkinan penggratisan atau keringanan bagi mahasiswa, menunggu kejelasan regulasi yang mengatur hal tersebut.
“Retribusi sudah berjalan sejak tahun lalu sampai sekarang. Namun, kami belum punya pegangan untuk menggratiskan karena masih menunggu regulasi. Nanti kami akan konsultasikan,” ujar Junaidi.
Model pengelolaan seperti ini mendukung gagasan socially responsive governance, yaitu pengelolaan pemerintahan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat, khususnya kelompok muda yang tengah menempuh pendidikan tinggi. Akses terhadap hunian yang layak dapat menjadi faktor pendukung keberhasilan akademik dan pengembangan karakter.
“Harapan kami, mahasiswa yang tinggal di asrama ini bukan hanya mendapatkan tempat tinggal, tapi juga suasana yang mendorong untuk belajar, berkarya, dan meningkatkan prestasi,” tutup Junaidi.