Kekerasan Antar Pelajar di Samarinda: DPRD Soroti Krisis Karakter dan Lemahnya Pendidikan Adab

ADVERTORIAL12 Dilihat

Kaltimreport.com – Peristiwa pengeroyokan terhadap seorang siswa SD oleh sekelompok pelajar SMP di Kota Samarinda kembali menggugah perhatian masyarakat. Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Mohammad Novan Syahronny Pasie, menilai kejadian ini sebagai indikasi nyata dari krisis karakter yang melanda generasi muda serta lemahnya sistem pendidikan dalam membentuk pribadi beradab.

“Ini bukan hanya soal pelajaran di kelas. Tindakan perundungan seperti ini menunjukkan adanya kegagalan dalam membentuk karakter. Kita perlu kembali ke esensi pendidikan: mencetak manusia yang beradab,” ujar Novan kepada awak media.

Ia menekankan bahwa upaya pembentukan karakter tak bisa dibebankan hanya pada lembaga pendidikan. Keluarga dan masyarakat juga memiliki tanggung jawab besar dalam menciptakan lingkungan sosial yang aman, sehat, dan mendidik.

“Harus ada sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Tanpa arah dan pengawasan yang jelas, kita membiarkan generasi muda tumbuh dalam kekosongan nilai,” tambah politisi muda dari DPRD itu.

Komisi IV DPRD, menurut Novan, akan terus mendorong program penguatan pendidikan karakter di sekolah-sekolah. Ia juga mendorong kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan ruang belajar yang kondusif, bebas dari kekerasan, dan suportif terhadap perkembangan siswa.

“Kurikulum akademik saja tidak cukup. Kita perlu sistem pendidikan yang menyentuh aspek moral, empati, dan tanggung jawab sosial,” ucapnya.

Tak hanya menyoroti dunia pendidikan, Novan turut menyinggung aktivitas remaja di luar jam sekolah. Ia menilai kebiasaan berkumpul tanpa kontrol bisa menjadi celah bagi perilaku menyimpang.

“Kalau remaja dibiarkan berkeliaran hingga larut malam tanpa pengawasan, potensi kenakalan akan semakin besar. Ini perlu menjadi perhatian kita bersama,” ujarnya.

Sebagai langkah preventif, Novan membuka wacana penerapan jam malam bagi pelajar. Namun, ia menegaskan bahwa kebijakan ini hanya efektif jika dirumuskan bersama-sama oleh berbagai pihak terkait.

“Ini bisa menjadi salah satu solusi, tapi pelaksanaannya harus melibatkan aparat, sekolah, pemerintah daerah, dan orang tua. Tidak bisa berjalan sendiri-sendiri,” tutupnya.

Peristiwa ini menjadi alarm keras bagi seluruh elemen masyarakat akan pentingnya memperkuat pendidikan karakter sejak dini demi mencetak generasi muda yang beradab dan bertanggung jawab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *