Kaltimreport.com – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Samarinda, Anhar, kembali menyuarakan keprihatinannya terkait minimnya akses air bersih bagi warga di wilayah pinggiran kota, khususnya di Kelurahan Bukuan, Kecamatan Palaran. Hingga saat ini, aliran Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) belum menjangkau kawasan tersebut.
“Sejak dulu sampai sekarang, Kelurahan Bukuan belum pernah mendapatkan aliran air PDAM. Ini menjadi ironi di tengah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kota yang mencapai Rp5 triliun,” ungkap Anhar saat ditemui di gedung DPRD Kota Samarinda.
Anhar menyayangkan adanya ketimpangan prioritas pembangunan yang dilakukan Pemerintah Kota Samarinda. Di satu sisi, pemerintah terlihat gencar membangun proyek-proyek besar yang menelan anggaran ratusan miliar rupiah. Namun, di sisi lain, masyarakat masih harus berjuang untuk mendapatkan air bersih, yang merupakan kebutuhan dasar sehari-hari.
“Untuk apa kita membangun terowongan dengan biaya ratusan miliar, jika warga masih kesulitan mendapatkan air minum? Ini selalu menjadi keluhan utama masyarakat setiap kali saya melakukan reses,” tegas Anhar.
Ia menambahkan bahwa hanya sebagian kecil rumah di Kecamatan Palaran yang sudah terlayani air PDAM, sementara Kelurahan Bukuan sama sekali belum tersentuh layanan vital ini.
Menanggapi argumen dari pihak PDAM yang menyebut adanya pelarangan pemasangan jaringan air sebagai kendala, Anhar menepis tudingan tersebut.
Ia justru menyatakan bahwa pemerintah kota seharusnya berterima kasih kepada pihak swasta, seperti almarhumah Ibu Neli, yang sebelumnya telah berinisiatif menghadirkan layanan air bersih melalui pengolahan air mandiri.
“Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan siapa yang mengelola, yang terpenting adalah kualitas dan pelayanan. Kami bersedia membayar karena airnya memang bagus,” jelasnya.
Menurut Anhar, keberhasilan pembangunan seharusnya diukur dari sejauh mana pembangunan tersebut mampu menjawab kebutuhan dasar masyarakat. Ia mendesak pemerintah kota untuk lebih memprioritaskan pembenahan layanan air bersih dibandingkan pembangunan proyek-proyek yang dianggapnya hanya bersifat kosmetik.