Tantangan Banjir Samarinda: Peran Ruang Terbuka Hijau dan Normalisasi Sungai

ADVERTORIAL90 Dilihat

Kaltimreport.com – Seiring dengan meningkatnya intensitas hujan dalam beberapa hari terakhir, Kota Samarinda kembali diterpa bencana banjir yang menggenangi berbagai titik, seperti Desa Budaya Pampang, Jalan Antasari, Sempaja, dan Bengkuring.

Banjir ini tentu menjadi masalah serius bagi warga, sementara pemerintah kota terus berupaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dalam masa kepemimpinan Wali Kota Samarinda Andi Harun, berbagai langkah pengendalian banjir telah dilakukan, mulai dari perbaikan saluran drainase hingga upaya normalisasi Sungai Karang Mumus dan pembangunan kolam retensi.

Namun, tantangan besar tetap dihadapi, terutama dalam hal pengelolaan lingkungan dan keberlanjutan solusi banjir.

“Pembangunan kolam retensi dapat jadi solusi jangka pendek hingga menengah, tapi masih kurang untuk jangka panjang,” katanya.

“Langkah seperti memperbanyak RTH, lalu melindungi rawa-rawa, dan mencegah penimbunan harus dilakukan lebih ketat. Termasuk membuat lubang-lubang biopori sebagai upaya ekologis yang berkelanjutan,” tambahnya.

Legislator Samarinda itu menilai, hilangnya daerah resapan membuat air tidak memiliki tempat untuk kembali. Sehingga kemudian membanjiri kawasan pemukiman. Hal itu harus menjadi perhatian.

Kata Abdul Rohim, kolam retensi dapat bekerja efektif selama 10 tahun. Namun jika tanpa pengelolaan daerah resapan air, kolam retensi menjadi hal yang tidak efektif di kemudian hari.

“Pemkot harus berpikir lebih matang dan strategis dalam menghadapi masalah banjir yang bertahun-tahun itu,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *