Anggota DPRD Samarinda Kritik Pembangunan yang Abaikan Masalah Banjir dan Tata Ruang

ADVERTORIAL11 Dilihat

Kaltimreport.com – Anggota DPRD Kota Samarinda, Anhar, melontarkan kritik tajam terhadap arah pembangunan di kota tersebut yang dinilainya belum menyentuh persoalan-persoalan mendasar seperti banjir dan penataan ruang yang semestinya menjadi prioritas utama.

Dalam wawancara baru-baru ini, Anhar mengungkapkan kekecewaannya atas infrastruktur yang dibangun dengan anggaran besar namun tak mampu bertahan saat musim hujan tiba.

“Setelah hujan, semua rusak. Terowongan longsor, titik banjir tetap muncul,” katanya. Ia menegaskan bahwa belum terlihat solusi nyata untuk mengatasi banjir yang merusak rumah warga dan fasilitas publik.

Salah satu proyek yang disorotnya adalah pembangunan patung pesut senilai Rp1,1 miliar, yang menurutnya tidak mencerminkan skala prioritas kebutuhan masyarakat.

“Apa urgensinya membangun itu? Bentuknya pun belum tentu menyerupai pesut,” tambahnya.

Anhar menilai akar permasalahan banjir adalah tata ruang yang tidak tertata dengan baik serta aktivitas pematangan lahan yang dilakukan secara sembarangan. Ia menduga kuat proses tersebut telah mendapat restu dari pemerintah kota, yang justru memperparah kerentanan wilayah terhadap banjir.

Drainase yang buruk juga tak luput dari kritiknya. Ia menyoroti saluran air yang tertimbun dan pembangunan yang tak memperhatikan elevasi lahan.

“Parit-parit sudah tenggelam. Tidak ada pengendalian terhadap ketinggian pembangunan,” ujarnya tegas.

Ia juga mempertanyakan pendekatan dan metodologi pembangunan selama ini, karena tidak menyelesaikan persoalan utama kota.

Lebih jauh, Anhar menyoroti lambatnya peningkatan infrastruktur lingkungan seperti akses jalan, jaringan listrik, dan penerangan jalan umum. Padahal, sektor tersebut menyumbang besar terhadap pendapatan daerah.

Menurutnya, keberhasilan pembangunan seharusnya diukur dari dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat, bukan dari besarnya anggaran atau kemegahan fisik bangunan.

“Gedung boleh menjulang, pasar bisa direnovasi, tapi kalau banjir datang dan meluluhlantakkan semuanya, apa artinya pembangunan itu?” pungkas Anhar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *