Kaltimreport.com – Kalimantan Timur menikmati posisi fiskal yang relatif kuat setelah Pendapatan Asli Daerah (PAD) menembus angka Rp 9 triliun. Namun di balik capaian tersebut, muncul tantangan besar: bagaimana provinsi ini bertahan ketika kontribusi tambang—sumber pemasukan utama selama puluhan tahun—mulai merosot?
Anggota Komisi II DPRD Kaltim, Firnadi Ikhsan, mengingatkan bahwa berkurangnya pemasukan dari sektor ekstraktif tidak dapat segera diimbangi oleh sektor lain. Menurutnya, perubahan struktur ekonomi memerlukan waktu, perhitungan, dan konsistensi kebijakan.
“Tidak ada sektor yang bisa langsung mengganti pendapatan tambang dalam waktu singkat. Jika penurunan pendapatan mencapai puluhan triliun, pemulihannya tentu bertahap,” ujar Firnadi.
Ia menjelaskan bahwa grafik PAD yang terus naik seharusnya menjadi momentum bagi Kaltim untuk memperluas basis pendapatan. Saat ini, PAD dari jasa, perseroda, dan sumber legal lainnya telah menopang hampir setengah dari total APBD.
Firnadi menilai sektor-sektor non-tambang sebenarnya memiliki ruang tumbuh yang besar. Perkebunan, perikanan, dan berbagai layanan berbasis ekonomi lokal dapat menjadi motor ekonomi baru jika dikelola secara lebih modern dan terukur.
“Kita punya peluang besar dari sektor-sektor tersebut, tinggal bagaimana pola pengelolaannya diperkuat,” tegasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya menyiapkan industri pengolahan sebagai bagian dari strategi jangka panjang. Munculnya fasilitas pengolahan mineral seperti smelter disebutnya sebagai indikator bahwa Kaltim mulai bergerak ke arah ekonomi yang lebih beragam.
Firnadi menyebut contoh kota-kota metropolitan yang mampu bertahan tanpa sokongan besar dari pusat sebagai cerminan bahwa kemandirian fiskal bukanlah sesuatu yang tidak mungkin dicapai. Namun untuk Kaltim, langkah tersebut membutuhkan kerja simultan antara inovasi kebijakan, perbaikan iklim investasi, dan keberanian keluar dari ketergantungan tambang.
Ia menegaskan bahwa bila proses diversifikasi ini berjalan konsisten, Kaltim dapat menjaga stabilitas fiskalnya meskipun kontribusi tambang terus menyusut dari tahun ke tahun.














