KALTIMREPORT.COM, SANGATTA — Kabupaten Kutai Timur (Kutim) berhasil menurunkan angka stunting menjadi 13,8 persen berdasarkan survei kesehatan daerah 2025. Angka tersebut menurun signifikan dibanding 21 persen pada 2022, sekaligus melampaui target nasional 14 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Kutim, Sumarno, mengatakan penurunan ini dicapai melalui program pencegahan berbasis data yang dijalankan lintas sektor. Pemerintah mengarahkan intervensi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dengan memperkuat layanan posyandu, pemantauan ibu hamil, dan distribusi makanan tambahan.
“Kami memastikan intervensi diberikan kepada kelompok yang benar-benar membutuhkan melalui pemetaan,” katanya kepada media ini.
Posyandu di 18 kecamatan kini memiliki sistem pencatatan digital yang memantau status gizi balita secara real time. Data tersebut dikirim ke Dinas Kesehatan setiap bulan untuk analisis per kecamatan. Hasilnya menentukan kebutuhan intervensi tambahan, termasuk penanganan balita berisiko dan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil.
Gerakan Remaja Sehat Bebas Anemia digelar di sekolah menengah dengan sasaran remaja putri. Program ini menyediakan tablet zat besi, edukasi gizi, dan pemeriksaan kesehatan berkala.
“Kami ingin mencegah anemia sejak usia sekolah agar calon ibu memiliki kondisi gizi yang baik,” kata Sumarno.
Selain intervensi gizi, pemerintah juga mendorong desa memperbaiki sanitasi dan akses air bersih. Hal ini dilakukan untuk menekan penyakit infeksi yang turut mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Sumarno menegaskan bahwa keberhasilan Kutim merupakan hasil kolaborasi perangkat daerah dan partisipasi masyarakat.
“Kami sekarang fokus menjaga tren ini agar tidak kembali naik,” pungkas Kepala Dinas Kesehatan Kutai Timur. (ADV/Diskominfo Kutim/—)












